Tuesday, February 2, 2016

Riwayat Singkat Seorang Ulama Yang Rendah Hati KH.ANANG SYA'RANI ARIF

KH.Anang Sya'rani Arif Al-Banjari

Al-Arif billah Al-Muhaddist wal-Mufassir asy-Syekh Haji Anang Sya'rani bin Fathul Jannah Haji Muhammad Arif bin Al-Alim Al-Fhadil Haji Abdullah Khattib bin Al-Alim Al-Allamah Khalifah Haji hasanuddin bin Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari. pendidikannya dimulai diusia dini, ia mengaji kepada beberapa ulama yang ada di Martapura di antaranya kepada pamannya yang bernama KH.M.Kasyful Anwar, maka dibawah pengawasannya inilah ia bersama sepupunya yakni KH.Syarwani Abdan Bangil banyak mendapatkan ilmu pengetahuan, pada tahun 1350 H/1930 M ia dan sepupunya Syekh Muhammad Syarwani Abdan Bangil berangkat ke Tanah suci Makkah untuk menunaikan Ibadah Haji sekaligus menimba ilmu ditempat sumbernya dengan diantar langsung oleh sang paman yakni KH.M.Kasyful Anwar,setibanya mereka di Tanah Suci Makkah dalam didikan dan pengawasan sang paman keduanya belajar dengan tekun,ibarat "Siang Bercermin Kitab Malam Bertongkat Pensil", diantara guru guru yang banyak memberikan pelajaran  kepada nya adalah:
1.Al-'Alim al-Allamah as-Sayyid Amin al-Kutbi
2.Al-'Alim al-Allamah Syekh Umar Hamdan
3.Al-'Alim al-Allamah Syekh Ali bin Abdullah al-Banjari
4.Al-'Alim al-Allamah Syekh Bakri Syatha
5.Al-'Alim al-Allamah Syekh Muhammad Ali bin Husein Al-Maliki
6.Al-'Alim al-Allamah Syekh Ahyad al-Bughuri
dari didikan mereka yang penuh keikhlasan akhirnya ia menjadi ulama ternama dan ahli dalam bidang ilmu hadist dan tafsir,ia pun menyandang gelar "Muhaddist" yaitu seseorang yang ahli dan hafal dalam matan hadist beribu ribu lengkap dengan sanadnya, ia juga Khalifah dari gurunya yaitu Syeikh Umar Hamdan.karena ketekunan ia bersama sepupunya Syekh Muhammad Syarwani Abdan bangil maka terkenallah mereka berdua di tanah Suci hingga di beri gelar Dua Mutiara dari Banjar.
Setelah 22 tahun menimba ilmu dari Tanah Suci Makkah dan sempat menjadi pengajar di Masjidil haram maka sekitar tahun 1952 ia kembali ke tanah air,setibanya dikampung halaman ia langsung menerima tongkat estafet kepemimpinan dari gurunya yakni KH.Kasyful Anwar.selain sebagai pemimpin di Darussalam Al-Muhaddist KH.Anang Sya'rani Arif juga mengadakan pengajian khusus guru guru dikediamannya di Kampung melayu. Al-Muhaddist sendiri terkenal sebagai seorang ulama yang tak kenal lelah dalam mengajar, sekalipun beliau dalam keadaan sakit, walau ia mengajar dengan berbaring, ia juga dikenal sebagai ulama yang sangat gesit dalam memecahkan masalah, sehingga apabila ada guru guru yang menemui masalah yang sulit, maka kepadanyalah mereka pergi untuk mencari jalan keluar atau pemecahannya, beliau juga sangat mencintai ilmu dan para penuntut ilmu sehingga sampai akhir hayatnya ia masih aktif dan tetap mengajar.
Diantara murid-murid beliau adalah KH.Mahfuzh Amin (Abah Pengasuh pondok Pesantren Ibnul Amin Pemangkih), Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Sekumpul Al-Banjari (Abah Guru Sekumpul), KH.Salim Ma'ruf, KH.Mukhtar HS (pengasuh Pondok Pesantren Ibnul Amin sekarang) dan banyak lagi yang lainnya.
diantara kitab kitab karangan beliau adalah
1.Tanwiruth Thullab (ilmu yang menguraikan tentang Ushul Hadist)
2.Hidayatuz Zaman (berisi hadist-hadist tentang akhir zaman)
sebelum beliau wafat Wali Allah ini berwasiat dan menunjuk KH.Muhammad Salim Ma'ruf sebagai gantinya menjadi Pimpinan di Madrasah Darussalam sepeninggalnya, akhirnya pada tanggal 14 Jumadil Awwal (1969 M) roh beliau yang mulia berpulang ke Rahmatullah membawa amal bakti yang tiada terhingga, jasad beliau di makamkan di Kampung melayu tengah, Martapura Kalimantan selatan. Mudah-mudahan Allah Subhaanahu Wata'aala mengumpulkan beliau dan seluruh guru-guru kita, seluruh kaluarga kita  bersama baginda Nabi Muhammad Shollallohu 'Alayhi Wasallam, para Nabi dan orang-orang sholeh sebelum kita. Aamiiiiiin Yaa Robbal 'Alamin ..

#Akhir kata, kami memohon maaf jika terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam penulisan riwayat diatas. Wabillahi Taufiq Wal Hidayah, Assalaamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

Adm:MH

Thursday, January 28, 2016

Riwayat Singkat KH. Abdul Qodir Hasan, Sang Ulama Pembimbing Umat

Tuan Guru KH. Abdul Qodir Hasan

Pimpinan Pondok Pesantren Darussalam Martapura Periode Keempat (Tahun 1940 s/d 1959)
KH. Abdul Qodir Hasan dilahirkan pada tahun 1891 di Kampung Tunggul Irang Martapura. Beliau dikenal sebagai sesepuh di Pondok Pesantren Darussalam dan seringkali dipanggil dengan sebutan Guru Tuha. Beliau adalah orang yang menjadi tangan kanan KH. Muhammad Kasyful Anwar saat menjabat sebagai Pimpinan PP.Darussalam tahun 1922 s/d 1940 dan kemudian menggantikan sebagai pimpinan setelah KH.  Muhammad Kasyful Anwar wafat dari tahun 1940 s/d 1959.


Pendidikan :

Beliau mengaji di Martapura diantaranya adalah dengan KH. AbdurRahman (Guru Adu) Tunggul Irang, dan KH. Muhammad Kasyful Anwar. Beliau juga mengaji keluar daerah, seperti di Pulau Madura dengan KH.Kholil Bangkalan, dan di Pulau Jawa dengan KH. Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang (pendiri Nahdlatul Ulama/NU), dan sempat pula belajar di kota Makkah Al Mukarramah.

KH. Abdul Qodir Hasan termasuk murid yang paling disayangi oleh KH. Hasyim Asy'ari dan dipercaya untuk mendirikan cabang Nahdlatul Ulama (NU) pertama di luar Pulau Jawa yakni di Kota Martapura setelah mengikuti Muktamar NU pertama tanggal 21 Oktober 1926 di Surabaya. Dari kota Martapura inilah Beliau mendirikan dan melantik cabang-cabang organisasi NU di beberapa wilayah di Pulau Kalimantan sebagai rais syuriah pada masa itu. Di masa kepemimpinannya sebagai pimpinan pondok dan rais NU, Beliau melaksanakan pertemuan rutin setiap bulan di aula pondok Darussalam yang dihadiri oleh seluruh tuan-tuan guru yang ada di kota Martapura dan sekitarnya untuk membahas persoalan agama yang timbul di masyarakat (Bahtsul Masa'il) dan ditutup dengan tahlilan, acara ini disebut dengan istilah Lailatul ijtima. Hasil forum bahtsul masail ini kemudian disebarkan kepada masyarakat sebagai solusi terhadap berbagai persoalan keagamaan dan sosial yang terjadi di masyarakat.

Sejak pimpinan KH. Muhammad Kasyful Anwar sampai pimpinan KH. Abdul Qodir Hasan, banyak guru pengajar di Darussalam yang ditugaskan untuk berdakwah dan mengajar agama Islam keluar daerah seperti Sampit, Pontianak, Kota Waringin, Kotabaru, Purukcahu dan daerah di luar Kal-Sel lainnya. Para guru yang dikirim tersebut bermukim di tempat-tempat tersebut dan lalu mendirikan madrasah/pesantren-pesantren yang berafiliasi dengan Pondok Pesantren Darussalam Martapura.

Pada masa pendudukan Jepang Pondok Pesantren Darussalam dipaksa untuk menjadi asrama tentara Jepang, namun oleh Beliau proses belajar mengajar masih tetap terus dijalankan dengan disebarkan di rumah-rumah guru pengajar dan terus istiqomah kegiatan sekolah dijalankan seperti itu hingga Jepang keluar dari Martapura tahun 1945. 

Pada masa revolusi kemerdekaan Beliau bertindak sebagai sesepuh gerakan gerilya di Kalimantan, memberikan semangat dan kekuatan moril bagi para pejuang gerilya yang berusaha mengusir tentara Belanda yang kembali hendak menjajah tanah air. Pada tahun selanjutnya, awal kemerdekaan RI beliau turut aktif memulihkan keamanan bersama-sama dengan almarhum KH. Zainal Ilmi Dalam Pagar Martapura.
KH. Abdul Qodir Hasan wafat pada hari Sabtu, tanggal 11 Rajab 1398 H / 17 Juni 1978 M. Tempat pemakaman beliau di Kubah KH. Abdul Qodir Hasan di Jalan K.H.M. Kasyful Anwar Pasayangan Martapura.

Wednesday, January 27, 2016

Riwayat Singkat KH.Muhammad Kasyful Anwar

Tuan Guru KH.Muhammad Kasyful Anwar Al Banjari

Sejarah Singkat

Tuan Guru KH. Muhammad Kasyful Anwar Al Banjari dilahirkan di Kampung Melayu pada malam selasa tanggal 4 Rajab 1304 H jam 22.00 malam,dari pasangan KH.Ismail bin KH. Muhammad Arsyad bin Muhammad Sholeh bin Badruddin bin Kamaluddin dan Hj.Siti binti H.Abdurrahim bin Abu Su’ud bin Badruddin bin Kamaluddin pasangan yang serasi lagi bertaqwa,sejak kecil beliau sudah medapatkan pendidikan di lingkungan keluarga, seperti belajar Al-Qur’an karena pendidikan seperti ini lazim dikalangan masyarakat Banjar pada masa itu, diantara guru gurunya yang juga keluarganya adalah :
  • KH.Ismail bin H.Ibrahim bin Muhammad Sholeh bin Khalifah Zainuddin bin Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari
  • Syekh Abdullah Khotib bin H.Muhammad Sholeh bin Khalifah Hasanuddin bin Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari

Setelah melihat kecerdasannya, kakeknya yaitu H. Muhammad Arsyad dan neneknya Hj. Siti Aisyah mengirimnya ke kota suci sumber ilmu Makkatul Mukarramah untuk meneruskan pelajarannya. Pada tahun 1313 H berangkatlah Beliau beserta seluruh keluarganya ke Tanah Suci Mekkah, sesampainya dinegeri Mekkah ia sangat rajin menuntut ilmu baik kepada ayahnya sendiri maupun kepada ulama lainnya, Beliau belajar bahasa arab kepada H. Amin bin Qadhi Haji Mahmud bin Aisyah binti Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari beliau lama menetap di Mekkah, sewaktu dua tahun berada di Mekkah ayah beliau wafat dan dimakamkan di Mekkah dan dimakamkan di Ma’la, saat itu umurnya baru 11 tahun, pada umur 13 tahun ibunya menyusul ayahnya wafat di Mekkah dan dimakamkan di Ma’la sepekuburan dengan bapaknya,setelah itu beliau hanya tinggal bersama kakek dan neneknya yang selalu merawatnya.
Diantara guru guru beliau adalah:
  1. Syeikh Umar Hamdan al-Mahrus yang bergelar Muhaddist al-Haramain
  2. Syeikh Muhammad Yahya al-Yamani
  3. Syeikh Said bin Muhammad al-Yamani
  4. Syeikh Sayyid Ahmad bin Syeikh Sayyid Abu Bakar bin Syeikh Sayyid al-Arif Billah sayyid Muhammad Syatha
  5. Syeikh Sayyid Ahmad bin Hasan al-'Atthos penulis kitab Tadzikirunnas
  6. Syeikh Muhammad Ali bin Husein al-Maliki bergelar Sibawaihi karena kealimannya
  7. Syeikh Umar Ba Junaid Mufti Syafiiyyah
  8. Syeikh Muhammad Sholeh bin Muhammad Ba Fadhal
  9. Syeikh Muhammad Ahyad al-Bughuri
  10. Syeikh Sayyid Muhammad Amin al-Kutbi

Setelah 17 tahun belajar di Mekkah akhirnya pada bulan Rabiul Awwal Tahun 1330 H ia kembali ke Tanah Air, setelah tiba di Tanah air beliau dikawinkan oleh kakek neneknya dengan seorang perempuan sholehah bernama Halimah binti Ja’far pada bulan Syawwal 1330 H pada usia 26 tahun. Beliau dikaruniai anak 6 orang 4 putra 2 putri, setelah menerapkan ilmu selama 20 tahun di kampung halaman pada tahun 1350/1930 M beliau berangkat lagi keTanah Suci bersama istri dan 2 orang anaknya beserta dua orang keponakannya yaitu Anang Sya'rani dan Muhammad Syarwani Abdan (Bangil) yang nantinya sangat terkenal di Tanah Suci sebagai Dua Mutiara dari Banjar, keberangkatannya kali ini selain untuk memperdalam ilmu agama juga untuk membimbing anak dan kedua keponakannya. Beliau bermukim selama 3 tahun,pada 17 Shofar 1353 H beliau kembali ke Martapura sedangkan dua keponakanna tetap tinggal di Tanah Suci meneruskan pendidikannya.

Dirumahnya beliau membuka pengajian atas permintaan masyarakat,kemudian pada tahun 1922 M ia tampil memimpin Madrasah Darussalam pada periode ke 3, kepribadian beliau sangat sederhana, tanpa henti beliau mendidik murid muridnya,begitulah kehidupan pribadi seorang ‘alimul jalil ulama yang memegang teguh disiplin ilmu dan kemasyarakatan,ilmu dan amal baginya jalan untuk meningkatkan ketaqwaan, harta tidak boleh memperbudaknya tetapi hartalah yang harus menjadi budaknya untuk menunjang segala amal kita dijalan Allah dan beliau tetap tersenyum walaupun hidup dalam kesederhanaan,bahkan dikatakan masih kekurangan untuk mencukupi keperluannya sehari hari, namun beliau selalu bersikap qona'ah (merasa cukup dengan nikmat yang telah diberikan Allah Subhaanahu wata'aala) serta bersikap ikhlas fii sabilillah dalam setiap keaadaan.

Akhirnya pada malam senin pukul 9.45 menit tanggal 18 syawwal 1359 H rohnya yang mulia kembali kepada Rabb nya yang Maha Tinggi dengan tenang dan damai pada usia 55 tahun dan dimakamkan di Kampung Melayu Martapura, Semoga Allah SWT membalas segala amal ibadah beliau dan dikumpulkan dengan Rasulullah Saw dan orang orang sholeh sebelum beliau. Aamiiiiiin.